ABSTRAK
Selama dekade terakhir, bisnis di seluruh dunia semakin banyak memasukkan prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) ke dalam kerangka strategis mereka, dengan mengakui keberlanjutan sebagai pendorong utama tanggung jawab perusahaan dan keberhasilan jangka panjang. Pada saat yang sama, Alat Penilaian Keberlanjutan (SAT), seperti sertifikasi Kepemimpinan dalam Desain Energi dan Lingkungan (LEED), telah mendapatkan perhatian dalam lingkungan binaan dengan mendorong desain dan konstruksi yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Meskipun penggunaannya meluas, sejauh mana SAT selaras dengan kinerja ESG masih menjadi area penelitian yang terbatas. Studi ini meneliti apakah skor sertifikasi LEED dapat berfungsi sebagai indikator yang dapat diandalkan untuk hasil ESG perusahaan yang lebih luas. Melalui analisis terhadap 20 perusahaan, model regresi dan distribusi digunakan untuk menilai korelasi antara peringkat LEED dan metrik kinerja ESG. Hasilnya menunjukkan bahwa skor LEED memiliki sedikit atau tidak ada daya prediktif dalam menjelaskan variasi skor ESG, yang mencakup kurang dari 1% dari varians yang diamati. Meskipun sertifikasi LEED dapat berkontribusi pada peningkatan lingkungan, sertifikasi ini tidak secara komprehensif membahas komponen sosial dan tata kelola yang mendasar bagi evaluasi ESG. Temuan-temuan ini berkontribusi pada diskusi yang sedang berlangsung mengenai efektivitas sertifikasi keberlanjutan dalam pelaporan perusahaan, pengambilan keputusan strategis, dan memajukan urbanisme berkelanjutan. Studi ini menggarisbawahi perlunya mengadopsi kerangka kerja yang lebih holistik yang mengintegrasikan berbagai indikator keberlanjutan, yang menawarkan wawasan berharga bagi para pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, dan pemangku kepentingan yang berkomitmen untuk memajukan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.
Menilai Kekuatan Prediktif Sertifikasi LEED terhadap Kinerja ESG: Keterbatasan dan Implikasinya terhadap Pengukuran Keberlanjutan Holistik
