ABSTRAK
Sektor energi beralih ke sumber energi bersih untuk mencapai tujuan netralitas karbon global. Hidrogen hijau dianggap sebagai pemain kunci dalam dekarbonisasi berbagai sektor karena kepadatan energinya yang tinggi dan pembakaran yang ramah lingkungan. Namun, implikasi sosial dari produksi hidrogen hijau (GHP) masih kurang dieksplorasi. Khususnya, terdapat kekurangan studi tentang pengembangan kerangka kerja pendukung keputusan siklus hidup sosial yang komprehensif untuk menilai kinerja keberlanjutan sosialnya. Untuk mengatasi kesenjangan ini, kerangka kerja pengambilan keputusan baru dikembangkan dengan mengintegrasikan sistem kriteria penilaian keberlanjutan sosial yang diambil dari basis data Product Social Impact Life Cycle Assessment (PSILCA), Level-Based Weight Assessment (LBWA) berbasis trapezoidal-fuzzy set (TrFS), dan model TrFS-Multi-Attributive Border Approximation Area Comparison (MABAC) untuk menilai indikator S-LCA dan kinerja keberlanjutan sosial dari rantai pasokan GHP, dengan fokus pada studi kasus. Temuan tersebut mengungkapkan bahwa “Gaji yang adil” merupakan indikator keberlanjutan sosial yang paling penting bagi rantai pasokan GHP, dengan bobot 0,1232. Penilaian kinerja keberlanjutan sosial berbagai wilayah menggunakan data S-LCA berbasis literatur menggambarkan bahwa “Australia” mengungguli wilayah lain. Studi tersebut menyoroti pentingnya menangani masalah keberlanjutan sosial bagi rantai pasokan GHP untuk memastikan transisi energi yang adil dan inklusif. Melalui studi kasus dan analisis sensitivitas, model tersebut menunjukkan penerapannya dalam memandu para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan industri menuju pengembangan rantai pasokan GHP yang bertanggung jawab secara sosial. Penelitian ini berkontribusi pada wacana energi berkelanjutan dengan menawarkan alat yang kuat untuk menyeimbangkan tujuan keberlanjutan sosial dalam ekonomi hidrogen.
Model Pengambilan Keputusan Siklus Hidup Sosial yang Inovatif untuk Menilai Keberlanjutan Sosial: Kasus Produksi Hidrogen Hijau
