ABSTRAK
Seiring dengan meningkatnya tantangan keberlanjutan global, transisi ke praktik ekonomi sirkular (CE) telah menjadi strategi penting bagi bisnis yang ingin menyelaraskan diri dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya SDG 12. Di pasar berkembang, memahami pendorong utama di balik keberhasilan adopsi CE sangat penting untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan. Studi ini menyelidiki bagaimana RET memengaruhi adopsi praktik CE di perusahaan manufaktur di seluruh wilayah MENA, dengan fokus pada peran moderasi inovasi hijau dan kebijakan tata kelola. Dengan mengambil wawasan dari pandangan berbasis sumber daya, kapabilitas dinamis, dan teori pemangku kepentingan, studi ini membangun model yang menghubungkan direktur yang kembali bekerja (RET) dengan adopsi CE. Dengan menggunakan kumpulan data panel dari 5302 observasi perusahaan-tahun, studi ini menggunakan teknik ekonometrika tingkat lanjut, termasuk MMQR dan pemodelan GMM dinamis, sambil menangani endogenitas melalui IV-2SLS, efek tertinggal, dan estimasi PSM. Temuan tersebut mengungkapkan bahwa RET secara signifikan meningkatkan praktik CE di kuantil bawah, menengah, dan atas. Inovasi hijau tidak hanya secara langsung mendorong adopsi CE, tetapi juga memperkuat pengaruh positif RET pada praktik CE. Selain itu, kebijakan tata kelola yang kuat memperkuat hubungan antara RET dan praktik CE, khususnya pada kuantitas yang lebih tinggi, yang menggarisbawahi pentingnya kerangka kelembagaan untuk mendorong keberlanjutan. Studi ini menyoroti peran penting RET dalam memajukan CE dan menawarkan wawasan praktis bagi para pembuat kebijakan dan pemimpin bisnis yang ingin menyelaraskan dengan tujuan keberlanjutan global. Dengan mengintegrasikan inovasi hijau dan mekanisme tata kelola yang efektif, penelitian ini memberikan peta jalan strategis untuk mempercepat transisi ke CE di pasar negara berkembang.
Transisi Menuju Ekonomi Sirkular yang Berkelanjutan: Perspektif tentang Inovasi Hijau dan Kebijakan Tata Kelola Menggunakan Pendekatan MMQR Baru
